Minggu, 11 Januari 2009

test posting

Oleh Shofwan Al-Banna ChoiruzzadSurabaya, 1945Langit gelap. Bukan oleh awan yang hendak menurunkan hujan. Angkasadipenuhi pesawat sekutu yang bergemuruh. Di dalamnya, para serdadumasih menyisakan keangkuhan. Mereka baru saja menghancurkan pasukanJepang di Front Pasifik. Dari langit, mereka menebar ancaman:"menyerah, atau hancur".Beberapa pekan sebelumnya, pengibaran bendera Belanda memicu amarahpara perindu kemerdekaan. Seorang pejuang mencabik warna biru daribendera Belanda di Tunjungan, menggemakan pesan bahwa negeri ini takrela kembali dijajah. Tentara sekutu menjawab dengan salakan senapan,bersembunyi di balik alasan "memulihkan perdamaian dan ketertiban".Jiwa-jiwa merdeka itu berontak. Brigadier Jenderal Mallaby, pimpinantentara Inggris di Surabaya, terbunuh. Sekutu murka.Rakyat gelisah. Surabaya telah lama dikenal sebagai salah satu pusatperlawanan. Laskar-laskar dari berbagai pesantren dan daerah banyakyang menjadikan kota ini sebagai markas. Di kota ini pulalah,Cokroaminoto dan Soekarno muda mendiskusikan cita-cita kemerdekaan.Suara dari lelaki kurus itu menghapus semua keraguan."Saudara-saudara rakyat Surabaya.Bersiaplah! Keadaan genting.Tetapi saya peringatkan sekali lagi.Jangan mulai menembak..Baru kalau kita ditembak.Maka kita akan ganti menyerang mereka itu..Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.Dan untuk kita saudara-saudara.Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.Semboyan kita tetap.Merdeka atau mati.Dan kita yakin, Saudara-saudara.Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.Percayalah Saudara-saudara!Tuhan akan melindungi kita sekalian.Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!Merdeka!"Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu akan terus dikenang sebagaitonggak kemerdekaan Indonesia. Semua yang mengaku mencintai negeri initidak layak untuk menjadikan peristiwa itu berdebu di pojokan sejarah.***Gaza, peralihan tahun 2008-2009

Save Palestine

Oleh Shofwan Al-Banna ChoiruzzadSurabaya, 1945Langit gelap. Bukan oleh awan yang hendak menurunkan hujan. Angkasadipenuhi pesawat sekutu yang bergemuruh. Di dalamnya, para serdadumasih menyisakan keangkuhan. Mereka baru saja menghancurkan pasukanJepang di Front Pasifik. Dari langit, mereka menebar ancaman:"menyerah, atau hancur".Beberapa pekan sebelumnya, pengibaran bendera Belanda memicu amarahpara perindu kemerdekaan. Seorang pejuang mencabik warna biru daribendera Belanda di Tunjungan, menggemakan pesan bahwa negeri ini takrela kembali dijajah. Tentara sekutu menjawab dengan salakan senapan,bersembunyi di balik alasan "memulihkan perdamaian dan ketertiban".Jiwa-jiwa merdeka itu berontak. Brigadier Jenderal Mallaby, pimpinantentara Inggris di Surabaya, terbunuh. Sekutu murka.Rakyat gelisah. Surabaya telah lama dikenal sebagai salah satu pusatperlawanan. Laskar-laskar dari berbagai pesantren dan daerah banyakyang menjadikan kota ini sebagai markas. Di kota ini pulalah,Cokroaminoto dan Soekarno muda mendiskusikan cita-cita kemerdekaan.Suara dari lelaki kurus itu menghapus semua keraguan."Saudara-saudara rakyat Surabaya.Bersiaplah! Keadaan genting.Tetapi saya peringatkan sekali lagi.Jangan mulai menembak..Baru kalau kita ditembak.Maka kita akan ganti menyerang mereka itu..Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.Dan untuk kita saudara-saudara.Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.Semboyan kita tetap.Merdeka atau mati.Dan kita yakin, Saudara-saudara.Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.Percayalah Saudara-saudara!Tuhan akan melindungi kita sekalian.Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!Merdeka!"Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu akan terus dikenang sebagaitonggak kemerdekaan Indonesia. Semua yang mengaku mencintai negeri initidak layak untuk menjadikan peristiwa itu berdebu di pojokan sejarah.***Gaza, peralihan tahun 2008-2009


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Supported by Insurance News. Powered by Blogger